Kamis, 28 Juni 2018

You’re a faker and I’m a hypocrite

I’m a believer
So that I believe all your words
I’m telling you, before that, I doubted your words
But somehow you made me believe
Or I, made me believe
From deep inside I know, I already know
I just make myself more comfort to believe in your lies, faker
So that I became a hypocrite

Sabtu, 21 April 2018

When U love someone

When u love someone, everything make no sense.
When u love someone, he is the only thing that is right for you.
When u love someone, everything not him is wrong.
When u love someone, you can’t open your heart for anyone.
When u love someone, you know he is not the right one, but you already in love with him.
When u love someone, you try to find somebody else.
When u love someone, you can’t find somebody better than him.
When u love someone, but you know he is wrong, u force yourself to stop loving him.
When u love someone, u get hurt.
When u love someone, u hate yourself for being in love.

Sabtu, 14 April 2018

Buka Pikiran


Oke, jadi di tulisan kali ini saya akan menggunakan bahasa Indonesia yang sedikit formal, tapi tidak terlalu formal dan mungkin masih berbelit-belit karena saya hanya penulis amatir.

Saya ingin membahas politik.
Apaa?? *kaget*
Sebelumnya, saya sangat tidak tertarik pada politik. Bahkan pernah saat masih kecil, mungkin saat SD menjelang SMP, saya bertekad tidak akan menyentuh politik. Karena menurut pemikiran saya yang sederhana, politik itu ribet, saya ga akan kuat. Selain itu, saya berpikir politik itu kotor, orang baik tidak akan bisa bertahan di dalam politik, entah dia berubah menjadi jahat, atau dia ditindas dan keluar dari politik karena gak kuat. Entahlah, itu pemikiran saya saat masih kecil. Mungkin terlalu banyak nonton sinetron daripada nonton berita. Tapi memang dulu saya selalu ganti channel kalau udah nanyangin berita. Karena gak ngerti, dan gak mau ngerti, dan bertekad gak akan mau ngerti. Se-anti itu dengan politik.
Sampai saya jadi mahasiswa, saya masih anti dan masa bodoh dengan politik. Saat ada yang membicarakan politik, saya menghindar dan menjauh. Bahkan saat waktunya nyoblos, saya ikutin papa aja tanpa banyak tanya atau nyari tau alasan kenapa harus pilih itu, yang penting gak golput. 
Suatu saat, papa saya nanya “kamu tahu masalah xxxxxxxx tentang xxxxxxxx?”, dan saya menjawab “gak tau, siapa itu”. Papa pun menasihati (mengomeli) panjang lebar, “kamu itu mahasiswa harusnya tau, jaman dulu mahasiswa yang paling kritis sama pemerintah. Sampai demo, mahasiswa semua. Sekarang ya kayak kamu gini, udah dipengaruhi sama hiburan tv yang gak bermutu, musik boyband-boyband, korea, internet, gak peduli sama masalah-masalah politik. Sekarang malah emak-emak yang demo.” Yah papa gak tau aja emang anaknya yang sudah bertekad apatis dari lahir (tolong jangan ditiru, saya juga lagi belajar). Masih berlanjut nih, “apalagi kamu psikolog, harusnya wawasannya luas, tentang apa aja. Sering-sering baca berita, apa yang sedang terjadi saat ini. Kalo buka hp itu yang bermanfaat, jangan sosmed aja tapi buka juga berita, info-info. Jadi sekarang ini..........*dst*”
Saat pertama kali papa bilang gitu saya cuma anggap angin lalu, masih tidak tertarik. Meskipun ada sedikit rasa malu. Malu sebagai mahasiswa, gak tau masalah apa yang sedang terjadi sekarang ini. Taunya masalah artis, penyanyi, pemain film. Haduhh. 
Saya pun berpikir, mungkin dulu saya masih kecil saat membuat tekad itu, saya belum mengerti kalau suatu saat saya akan beranjak dewasa. Dan memiliki wawasan luas itu adalah sebuah keharusan dalam dunia orang dewasa (aduhh bahasanya). Kita tidak bisa memilih-milih apa yang mau kita ketahui dan apa yang tidak mau kita ketahui. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, mungkin suatu saat ada orang yang bertanya dan mengajak diskusi, atau kita melamar ke suatu perusahaan yang mengharuskan memiliki pengetahuan sosial, isu-isu negara, dsb.
Setelah nasihat yang pertama itu, ada beberapa kesempatan lagi papa membuka diskusi tentang sesuatu, yang pastinya saya tidak mengerti lagi apa yang dibicarakan papa, diceramahin lagi, kurang lebih hampir sama seperti yang pertama. Sejak itu mulailah saya sedikit ingin tahu biar gak malu-maluin banget, karena sudah mulai merasa malu. Selain itu juga agak kepo (pengen tahu), karena dari cerita papa, sepertinya masalah ini mulai menggelitik rasa penasaran saya. Terbukalah sedikit keingintahuan saya pada dunia politik ini. Meskipun hanya dari sudut pandang awam, bukan mau jadi menteri.
Tapi sejauh ini, usaha yang saya lakukan hanyalah buka berita di line tudey (Ha ha, maafkan saya teman-teman). Karena saya masih malas dan belum terketuk hatinya untuk membuka berita yang lebih berat. Tapi, seperti ada yang aneh yang saya rasakan saat membaca line tudey. Seperti ada kejomplangan, atau berat sebelah dalam berita yang mengekspose dan mengindahkan hanya satu pihak. Saya rasa itu agak tidak adil karena masyarakat awam seperti saya yang malas mencari dan hanya membuka satu sumber berita bisa saja jadi memihak, bukan karena kita paham, tapi karena kita terbiasa dengan apa yang kita baca sehari-hari. Sekali lagi, saya sangat awam dan belum bisa untuk beropini mengenai politik. Tapi saya menyadari disini media sangat berperan dalam menampilkan politik. Jadi apa yang kita lihat belum tentu itu yang terjadi sebenarnya. Percayalah, saya penikmat film dan drama, jadi dalam hal ini saya tidak terlalu awam. Bahwa seringkali ada kesalahpahaman jika sudah berhubungan dengan media. Semua itu tergantung dari dokumentasi dan penyiarannya.
Semakin lah saya berpikir bahwa politik itu tambah ribet, bermain juga dengan media, entah salah entah benar.
Sekarang merasa ingin mencari tahu lebih lagi. Dari pengetahuan saya yang sangat sedikit ini, ada yang sangat ingin saya cari tahu kebenarannya, yaitu adanya masalah yg lebih besar daripada sekedar politik dalam negeri. Sekali lagi, saya masih awam dan tidak tahu sama sekali permasalahan dalam negeri maupun luar negeri. Tapi jika memang benar, apa yg terjadi sekarang ini, akan merusak kebudayaan dan kependudukan di Indonesia kedepannya. Jika memang benar, pastinya saya ingin melakukan sesuatu, dan kalian yang membaca dan belum memahami tapi ingin memahami tentunya juga tidak bisa diam. Meskipun sekarang saya masih tidak tahu apa-apa dan tidak tahu apa yang bisa saya lakukan. Mungkin setidaknya ada satu yang bisa saya lakukan dalam waktu dekat: memilih pemimpin yang benar.

Wallahualam, Allah Maha Tahu, Allah Maha Benar. Semoga saya dan kita semua terbuka keingintahuannya, dan wawasannya. Aamiin.