Minggu, 19 Januari 2014

Cerpen: Miki Tikus

Miki adalah gadis cilik berusia 7 tahun yang sangat periang. Hobinya adalah menari dan bermain peran. Oleh karena itu ia dimasukkan ke sanggar teater anak oleh mama. Miki sangat senang dan bersemangat jika sudah jadwalnya latihan di sanggar. Mempunyai kegiatan di luar sekolah tidak membuat nilai Miki jelek di kelas. Meskipun tidak mendapat ranking pertama, tetapi Miki bisa mengikuti pelajaran di sekolah dan tidak terganggu oleh latihan teaternya. Mama pun tidak menyesal telah memasukkan Miki ke sanggar, karena Miki jadi tambah rajin belajar.
Pada suatu ketika setelah latihan, wajah Miki terlihat murung. Mama pun heran karena tidak biasanya wajah Miki kusut seperti ini. Apalagi hari ini Miki baru selesai latihan di sanggar.
”Miki, mengapa kamu terlihat sedih? Biasanya setelah pulang latihan wajahmu terlihat ceria. Ada apa, sayang?” Tanya mama khawatir.
“tidak apa-apa ma. Huh” jawab Miki dengan nada kesal.
“kalau kamu cerita, mungkin mama bisa membantu” tawar mama.
 “mama tidak bisa membantu, kata Bu Tari keputusannya tidak bisa di ubah lagi” jawab Miki. Bu Tari adalah pelatih sekaligus pemilik sanggar teater anak yang dimasuki Miki.
Sebenarnya, saat latihan tadi, Bu Tari mengumumkan pemeran untuk drama yang akan ditampilkan selanjutnya yaitu drama ‘Cinderella’. Miki mendapatkan peran sebagai tikus kesayangan Cinderella yang selalu membantu dan menemani Cinderella. Meskipun kesayangan, Miki tetap menganggap bahwa tikus hanyalah peran sampingan atau figuran yang tidak penting. Padahal, Miki sudah berlatih setiap hari di rumah untuk memerankan Cinderella. Pemeran Cinderella yang ditunjuk oleh Bu Tari adalah Shinta, Miki mengakui bahwa Shinta memang pantas mendapatkan peran itu karena ia berbakat dan juga rajin. Miki tidak marah kepada Shinta yang terpilih menjadi pemeran utama. Ia hanya kesal karena bukan dia yang dipilih padahal ia sudah berusaha semampunya untuk mendapat peran utama di drama itu.
“ya sudah kalau kamu tidak mau cerita sekarang”, kata mama sambil menyiapkan makanan di meja makan.
 Akhirnya Miki mengalah setelah mendengar suara lembut mama
“iya deh ma aku ceritain kenapa aku sedih”
Miki pun menceritakan kekecewaannya kepada mama.
“oh begitu rupanya... Miki sayang, yang kecil itu belum tentu tidak penting lho. Malah terkadang hal kecil itu sangat dibutuhkan, contohnya saja kancing baju, tanpa kancing, baju seragam kamu tidak terlihat rapi kan? Masih banyak hal-hal kecil lainnya yang sangat berguna dan dibutuhkan. Orang-orang yang sukses juga dulunya adalah orang-orang yang kecil. Mereka sukses karena ingin lebih berkembang dan belajar dari pengalamannya. Cinderella tanpa tikusnya pun tidak bisa apa-apa, jika saja tidak ada tikus-tikus itu, siapa yang akan mengambilkan kunci saat Cinderella dikurung oleh ibu tirinya, dan siapa yang akan menarik kereta kuda ke istana? Apapun peran yang kamu dapatkan, kamu harus memerankannya dengan senang hati dan sebaik yang kamu bisa. Jangan mentang-mentang bukan pemeran utama kemudian kamu tidak sungguh-sungguh dan malas-malasan. Pasti ada waktunya Miki mendapat peran utama karena kesungguhan Miki. Sekarang kamu jalani saja dulu apa yang kamu dapatkan dengan senang hati. Bagaimana Miki? Jangan bersedih lagi ya, lakukan saja yang terbaik. Mama selalu mendukung Miki! Semangat Miki! Yuk sekarang kita makan malam dulu, Mama sudah menyiapkan ayam goreng kesukaan kamu”
“asyik!” sahut Miki gembira.
Setelah makan malam, dikamarnya Miki memikirkan kata-kata mama tadi. “huh malah diceramahin sama mama, tapi… benar juga sih apa yang dikatakan mama. Kalau tidak ada tikus, masa Cinderella ke istana lari-lari pakai sepatu kaca hihihi. Lagipula, tikus gak jelek-jelek amat lah, daripada aku jadi pohon yang tidak berbicara sedikitpun. Meskipun hanya jadi tikus, aku tetap harus bagus mainnya! Kalau jadi tikus saja gak bagus gimana mau ditunjuk jadi pemeran utama sama Bu Tari. Untung tadi aku cerita sama mama, kalau tidak pasti sekarang aku masih sedih” oceh Miki pada dirinya sendiri. Mama yang daritadi berdiri dibalik pintu senyum-senyum sendiri mendengarnya.
Saat latihan keesokan harinya, Miki jadi lebih ceria. Ia mempelajari dialog dan gerakannya secara sungguh-sungguh meskipun hanya sebagai tikus. Temannya yang menjadi tikus juga heran melihat Miki yang begitu semangat meskipun hanya memerankan seekor tikus. Miki senyum-senyum saja saat ditanya mengapa begitu ceria. Keceriaan dan semangat Miki ternyata menular ke teman-temannya yang lain. Tadinya teman-temannya juga tidak semangat karena mendapat peran kecil tetapi setelah melihat Miki, mereka jadi mengikuti semangatnya.
Hari pementasan pun tiba. Seperti yang lainnya, Miki merasa tak sabaran sekaligus deg-degan menunggu hari ini. Miki memakai kostum tikus yang dibuat sendiri oleh Bu Tari. Bu Tari memang hebat, kostum-kostum buatannya bagus dan rapi sekali, meskipun hanya kostum tikus, tetapi Bu Tari membuatnya dengan sungguh-sungguh sehingga terlihat menarik dan menonjol, Miki pun tambah semangat memainkan perannya. Dari belakang panggung, Miki melihat mama dan papa datang untuk menontonnya. Akhirnya tiba saatnya miki naik ke panggung, ia sangat lincah dan bagus memainkan perannya sebagai tikus. Mama senang melihat kepercayaan diri Miki yang tinggi, anaknya itu memang selalu ceria dan bisa menghibur semua orang, mungkin Miki memang lebih cocok memerankan tikus yang lihai dan lincah, ia bisa memotivasi teman-temannya yang lain sehingga mereka pun ikut semangat, pikir mama.
Seusai pementasan, Bu Tari menghampiri Miki,
“Miki, kamu lincah sekali, sangat bagus memainkan perannya meskipun hanya menjadi tikus. Ibu tahu kamu ingin menjadi pemeran utama dan kamu sebenarnya bisa menjadi peran utama. Hanya saja ibu ingin memberi banyak pengalaman kepada kamu. Karena menjadi pemeran utama belum tentu yang terbaik. Shinta sangat baik memerankan Cinderella seperti kamu yang sangat baik memerankan tikusnya. Kamu pantas mendapatkan penghargaan sebagai pemeran sampingan terbaik” Puji bu Tari, “tetapi kamu juga tidak boleh sombong dan tinggi hati atas apa yang kamu dapatkan, tetap lah menjadi diri sendiri ya Miki, ibu suka semangat kamu”
“terima kasih Bu Tari, sebenarnya awalnya Miki kesal karena mendapat peran sebagai tikus, tetapi Miki jadi banyak belajar. Karena hal besar berawal dari hal yang kecil. Ya kan bu?” ujar Miki dengan riang.
“iya benar Miki. Wah kamu bijak sekali”
“siapa dulu dong yang ngajarin, mama! Hehe” celetuk Miki, mama yang baru datang menghampiri Miki pun bingung karena namanya disebut-sebut.