Pemimpin tanpa cela, pemimpin yang tidak pernah berbuat salah, pemimpin yang dipuja dan dipuji oleh pendukungnya, pemimpin yang jika dikritik, pengkritiknya ditangkap. Demokrasi di Indonesia sudah mati.
Saya tidak ahli dalam politik maupun sejarah, jika ditanya tentang data, apa buktinya dari hal yang saya katakan, saya tidak menyimpan berita2 atau kutipan2 mengenai itu. Yang saya tulis disini murni opini, berdasarkan hal-hal yang saya lihat dan dengar selama ini. Bukannya saya buat dan karang sendiri, tapi hal yang saya tangkap melalui keterbatasan indera saya semata.
Hal yang paling membuat saya sakit hati adalah banyak terjadi kriminalisasi Ulama. Sebagai seorang muslim saya tidak rela Ulama diinjak-injak dan diremehkan, bahkan ditangkap karena dituduh menyebar kebencian dan semacamnya. Memang Ulama bukan Nabi, Ulama bukan manusia yang luar biasa sempurna. Ulama hanya manusia biasa yang tidak luput dari dosa. Tetapi saya diajarkan bahwa setelah Nabi terakhir yaitu Muhammad SAW, pengajaran islam dilanjutkan oleh Sahabat, mereka berjumpa dgn generasi selanjutnya yang tidak berjumpa Rasul semasa hidup, setelah para Sahabat Rasul wafat, ada yang disebut Tabi'in (orang-orang yang berjumpa dengan sahabat dalam keadaan Muslim, serta wafat juga dalam keadaan Muslim), sampai pada masa sekarang Ulama lah yang melanjutkan pengajaran islam. Oleh karena itu Ulama seharusnya dihormati, apa yang mereka katakan tidak mungkin sebuah kebohongan, dan tidak mungkin untuk mencelakakan umat muslim. Jika memang Ulama mengkritik pemimpin/pemerintah. Seharusnya pemimpin tersebut introspeksi diri dan memperbaiki kesalahannya. Tetapi yang terjadi, Ulama-Ulama ditangkap bahkan dijelek-jelekkan oleh rakyat. Miris, sakit, apalagi jika umat muslim sendiri yang mencemooh Ulama tersebut. Orang-orang mencemooh Ulama demi mendukung pemimpin yang dzalim! Naudzubillahmindzalik.
Pada zaman sekarang, semua berita dan opini dengan mudah dapat dibentuk bahkan diputar balikkan oleh media. Siapa yang tidak setuju? Siapa yang percaya sama media 100%? Syirik woy! Percaya hanya kepada Allah SWT. Saya heran seheran-herannya, kenapa pemimpin yang sekarang selalu diberitakan kebaikan-kebaikannya. Katanya itu real, bukan pencitraan. Katanya begitulah pemimpin seharusnya, blusukan, merakyat, tidak hanya duduk di istana tapi menyapa rakyat langsung dan menyelesaikan masalah di lapangan. Kerja, kerja, kerja! Wow, sungguh mencengagkan. Bahkan Ulama kalah sempurnanya sama dia. Berdasarkan pengalaman pribadi saya, belum pernah saya melihat berita dari media besar yang menayangkan kritikan pada pemimpin tersebut. Yang ada hanya berita bagus, baik dari sisi pekerjaan sampai kehidupan pribadinya, bahkan sampai cucunya sendiri mengatakan beliau adalah artis bukannya presiden.
Tapi yang saya lihat, pendukungnya fine-fine saja dengan itu, pendukung garis keras, sudah seperti fans k-pop yang mendukung idolanya. Pokoknya kalau ada yg mengkritik pemimpin tersebut mereka hoax, mereka menebar kebencian. Demi Allah, sejak kapan negara demokrasi tidak boleh mengkritik? Bahkan bukan hanya pendukungnya yang bercuit melalui medsos. Tapi pihak berwajib juga turut menangkap satu persatu orang yang mengkritik pemerintah.
Saya bilang saya bukan ahli sejarah, saya tidak tahu bagaimana keadaan di zaman Suharto, tapi saya cuma dengar-dengar katanya saat itu keadaannya otoriter, siapa yang melawan pemerintah ditangkap. Lalu...... Bagaimana dengan sekarang? Saya sangat heran banget sekali kenapa tidak ada yang mengatakan pemerintahan sekarang juga otoriter. Saya menonton debat capres waktu itu. Beliau mengatakan, kalau ada yang salah, laporkan. Saya bingung sih, karena tidak ada di lingkungan pemerintahan. Jadi saya tidak tahu sebenarnya memang tidak ada yang melaporkan jika pihak beliau yang salah, apa sebenarnya sudah dilaporkan tapi tidak pernah ditindak, atau sudah ditindak tapi hanya tidak diberitakan? Tapi yang saya tahu, jika ada pihak oposisi menyerukan pendapatnya yang menjelekkan beliau, langsung ditangkap dan diberitakan dimana-mana. Saya bingung, heran, seperti ada yang salah. Tapi lingkungan saya adem-adem aja. Di timeline sosmed saya masih banyak yang membela beliau. Meskipun ada satu dua yang dengan berani menyuarakan pendapatnya sebagai oposisi.
Posisi saya yaitu mendukung oposisi, tetapi saya takut menyuarakan pendapat. Saya takut berbeda dengan yang lainnya. Terutama karena saya sangat awam. Tidak ahli dalam bidang ini, tidak luas wawasan tentang sejarah Indonesia. Tapi hari ini saya hanya mau menyatakan kebingungan dan keheranan saya. Jujur, trigger saya menulis ini yaitu saya membayangkan jika saya menjadi dr. Ani Hasibuan, saya pasti akan menangis semalaman. Meratapi apa yang telah saya perbuat, kenapa saya dipanggil ke kantor polisi? Kenapa saya seakan melakukan kesalahan? Yang saya lakukan hanya mencari kebenaran. Itupun sesuai dengan bidang beliau yaitu kedokteran, menurut saya beliau memang pantas menyuarakan pendapat dan hasil temuannya dalam bidang itu. Saya saangaaaatt heran, kenapa bahkan seorang dokter yang mengemukakan pendapat mengenai keahliannya juga diproses hukum. Bahkan sangat cepat, baru minggu lalu saya nonton videonya trending di youtube, hari ini beredar surat dari polisi untuk meminta beliau menjadi saksi terkait menyebar berita kebencian blablabla...
Tapi saya yakin, meskipun ini menakutkan (bagi saya), beliau pasti bisa tegar menghadapi ini, beliau pasti mendapat banyak dukungan dan doa dari rakyat Indonesia yang peduli. Dan doa orang yang terdzalimi pasti diijabah oleh Allah SWT. Jika tidak sekarang, nanti pasti ada saatnya. Semangat dr. Ani Hasibuan! Semangat bangkit Indonesiaku! Bangkit dari rezim yang terlihat adem ayem tapi banyak kejanggalan dan membuat saya yang orang awam banyak kebingungan..
Terimakasih buat yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca opini saya. Jika kurang berkenan atau pilihan kita tidak sama, bisa mute atau unfollow saya saja. Saya tidak suka perpecahan, perkelahian, dan hal-hal buruk lainnya. Jadi saya sarankan untuk unfoll dan diam-diam saja daripada saling berbalas hinaan :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar