Miki
adalah gadis cilik berusia 7 tahun yang sangat periang. Hobinya adalah menari
dan bermain peran. Oleh karena itu ia dimasukkan ke sanggar teater anak oleh
mama. Miki sangat senang dan bersemangat jika sudah jadwalnya latihan di
sanggar. Mempunyai kegiatan di luar sekolah tidak membuat nilai Miki jelek di
kelas. Meskipun tidak mendapat ranking pertama, tetapi Miki bisa mengikuti
pelajaran di sekolah dan tidak terganggu oleh latihan teaternya. Mama pun tidak
menyesal telah memasukkan Miki ke sanggar, karena Miki jadi tambah rajin
belajar.
Pada
suatu ketika setelah latihan, wajah Miki terlihat murung. Mama pun heran karena
tidak biasanya wajah Miki kusut seperti ini. Apalagi hari ini Miki baru selesai
latihan di sanggar.
”Miki,
mengapa kamu terlihat sedih? Biasanya setelah pulang latihan wajahmu terlihat
ceria. Ada apa, sayang?” Tanya mama khawatir.
“tidak
apa-apa ma. Huh” jawab Miki dengan nada kesal.
“kalau
kamu cerita, mungkin mama bisa membantu” tawar mama.
“mama tidak bisa
membantu, kata Bu Tari keputusannya tidak bisa di ubah lagi” jawab Miki. Bu
Tari adalah pelatih sekaligus pemilik sanggar teater anak yang dimasuki Miki.
Sebenarnya,
saat latihan tadi, Bu Tari mengumumkan pemeran untuk drama yang akan
ditampilkan selanjutnya yaitu drama ‘Cinderella’. Miki mendapatkan peran
sebagai tikus kesayangan Cinderella yang selalu membantu dan menemani
Cinderella. Meskipun kesayangan, Miki tetap menganggap bahwa tikus hanyalah
peran sampingan atau figuran yang tidak penting. Padahal, Miki sudah berlatih
setiap hari di rumah untuk memerankan Cinderella. Pemeran Cinderella yang
ditunjuk oleh Bu Tari adalah Shinta, Miki mengakui bahwa Shinta memang pantas
mendapatkan peran itu karena ia berbakat dan juga rajin. Miki tidak marah
kepada Shinta yang terpilih menjadi pemeran utama. Ia hanya kesal karena bukan
dia yang dipilih padahal ia sudah berusaha semampunya untuk mendapat peran
utama di drama itu.
“ya sudah kalau kamu tidak mau cerita sekarang”, kata mama
sambil menyiapkan makanan di meja makan.
Akhirnya Miki
mengalah setelah mendengar suara lembut mama
“iya deh ma aku ceritain kenapa aku sedih”
Miki pun menceritakan kekecewaannya kepada mama.
“oh begitu rupanya... Miki sayang, yang kecil itu belum
tentu tidak penting lho. Malah terkadang hal kecil itu sangat dibutuhkan,
contohnya saja kancing baju, tanpa kancing, baju seragam kamu tidak terlihat
rapi kan? Masih banyak hal-hal kecil lainnya yang sangat berguna dan
dibutuhkan. Orang-orang yang sukses juga dulunya adalah orang-orang yang kecil.
Mereka sukses karena ingin lebih berkembang dan belajar dari pengalamannya.
Cinderella tanpa tikusnya pun tidak bisa apa-apa, jika saja tidak ada
tikus-tikus itu, siapa yang akan mengambilkan kunci saat Cinderella dikurung
oleh ibu tirinya, dan siapa yang akan menarik kereta kuda ke istana? Apapun
peran yang kamu dapatkan, kamu harus memerankannya dengan senang hati dan
sebaik yang kamu bisa. Jangan mentang-mentang bukan pemeran utama kemudian kamu
tidak sungguh-sungguh dan malas-malasan. Pasti ada waktunya Miki mendapat peran
utama karena kesungguhan Miki. Sekarang kamu jalani saja dulu apa yang kamu
dapatkan dengan senang hati. Bagaimana Miki? Jangan bersedih lagi ya, lakukan
saja yang terbaik. Mama selalu mendukung Miki! Semangat Miki! Yuk sekarang kita
makan malam dulu, Mama sudah menyiapkan ayam goreng kesukaan kamu”
“asyik!” sahut Miki gembira.
Setelah
makan malam, dikamarnya Miki memikirkan kata-kata mama tadi. “huh malah
diceramahin sama mama, tapi… benar juga sih apa yang dikatakan mama. Kalau
tidak ada tikus, masa Cinderella ke istana lari-lari pakai sepatu kaca hihihi.
Lagipula, tikus gak jelek-jelek amat lah, daripada aku jadi pohon yang tidak
berbicara sedikitpun. Meskipun hanya jadi tikus, aku tetap harus bagus mainnya!
Kalau jadi tikus saja gak bagus gimana mau ditunjuk jadi pemeran utama sama Bu
Tari. Untung tadi aku cerita sama mama, kalau tidak pasti sekarang aku masih
sedih” oceh Miki pada dirinya sendiri. Mama yang daritadi berdiri dibalik pintu
senyum-senyum sendiri mendengarnya.
Saat
latihan keesokan harinya, Miki jadi lebih ceria. Ia mempelajari dialog dan
gerakannya secara sungguh-sungguh meskipun hanya sebagai tikus. Temannya yang
menjadi tikus juga heran melihat Miki yang begitu semangat meskipun hanya
memerankan seekor tikus. Miki senyum-senyum saja saat ditanya mengapa begitu
ceria. Keceriaan dan semangat Miki ternyata menular ke teman-temannya yang
lain. Tadinya teman-temannya juga tidak semangat karena mendapat peran kecil
tetapi setelah melihat Miki, mereka jadi mengikuti semangatnya.
Hari
pementasan pun tiba. Seperti yang lainnya, Miki merasa tak sabaran sekaligus
deg-degan menunggu hari ini. Miki memakai kostum tikus yang dibuat sendiri oleh
Bu Tari. Bu Tari memang hebat, kostum-kostum buatannya bagus dan rapi sekali,
meskipun hanya kostum tikus, tetapi Bu Tari membuatnya dengan sungguh-sungguh
sehingga terlihat menarik dan menonjol, Miki pun tambah semangat memainkan
perannya. Dari belakang panggung, Miki melihat mama dan papa datang untuk
menontonnya. Akhirnya tiba saatnya miki naik ke panggung, ia sangat lincah dan
bagus memainkan perannya sebagai tikus. Mama senang melihat kepercayaan diri
Miki yang tinggi, anaknya itu memang selalu ceria dan bisa menghibur semua
orang, mungkin Miki memang lebih cocok memerankan tikus yang lihai dan lincah,
ia bisa memotivasi teman-temannya yang lain sehingga mereka pun ikut semangat,
pikir mama.
Seusai
pementasan, Bu Tari menghampiri Miki,
“Miki, kamu lincah sekali, sangat bagus memainkan perannya
meskipun hanya menjadi tikus. Ibu tahu kamu ingin menjadi pemeran utama dan
kamu sebenarnya bisa menjadi peran utama. Hanya saja ibu ingin memberi banyak
pengalaman kepada kamu. Karena menjadi pemeran utama belum tentu yang terbaik.
Shinta sangat baik memerankan Cinderella seperti kamu yang sangat baik memerankan
tikusnya. Kamu pantas mendapatkan penghargaan sebagai pemeran sampingan
terbaik” Puji bu Tari, “tetapi kamu juga tidak boleh sombong dan tinggi hati
atas apa yang kamu dapatkan, tetap lah menjadi diri sendiri ya Miki, ibu suka
semangat kamu”
“terima kasih Bu Tari, sebenarnya awalnya Miki kesal karena
mendapat peran sebagai tikus, tetapi Miki jadi banyak belajar. Karena hal besar
berawal dari hal yang kecil. Ya kan bu?” ujar Miki dengan riang.
“iya benar Miki. Wah kamu bijak sekali”
“siapa dulu dong yang ngajarin, mama! Hehe” celetuk
Miki, mama yang baru datang menghampiri Miki pun bingung karena namanya
disebut-sebut.